Rabu, 04 Februari 2009

Robot Tanpa Bahasan Pemograman

BEAMbot
Robot Tanpa Bahasan Pemograman
Minggu , 16 November 2008 ,

ricky reynald yulman
GERAKAN sebuah robot beroda empat yang dipamerkan Robotic Organizing Committee Indonesia (ROCI) di arena Bandung Comtech IT Education & Expo di lantai dasar Be Mall, Jumat (14/11) siang, selintas mirip mobil mainan anak-anak.
Belum satu meter berjalan robot mirip mobil itu langsung bergerak otomatis ke arah lain, menghindari kaki beberapa pengunjung yang menghalangi. Sebelum melakukan gerakan menghindar, robot sebesar pesawat telepon rumah tadi diam sejenak, mendeteksi penghalang di depannya menggunakan alat sensor sinar infra merah.
Robot tadi tergolong jenis Biology, Electronics, Aesthetics, Mechanics (BEAM) yang tidak membutuhkan bahasa pemrograman untuk memberikan instruksi. Satu karakter BEAMbot yang dikenalkan pengajar robotika MIT, Rodney Brooks dan Mark Tilden, yaitu bisa dikendalikan oleh kondisi lingkungan sekitar.
Beberapa pengunjung juga tampak terkesima ketika Agus Siswanto, bagian teknis ROCI, menyorotkan cahaya lampu senter tepat di tengah-tengah sebuah rangkaian robot sederhana menggunakan cd bekas, tiga dinamo, dan tiga roda. Perangkat tersebut langsung berputar statis di atas meja peraga.
"Robot-robot tersebut bekerja memanfaatkan alat sensor yang terpasang dalam rangkaian komponen. Dalam kehidupan sehari-hari rangkaian robot itu bisa diterapkan misalnya untuk menggerakkan mesin memanfaatkan cahaya matahari," terang Agus.
Peragaan dalam eksebisi yang berlangsung hingga Minggu (16/11) merupakan satu upaya mengenalkan pemanfaatan teknologi robot, dalam kehidupan sehari-hari kepada masyarakat. Komunitas pecinta robot di kampus-kampus, sekolah-sekolah, maupun umum, ikut andil lewat ajang kompetisi, kontes, menggelar seminar maupun pelatihan.
"Indonesia termasuk lambat dibanding negara Asia lain seperti Korea, Malaysia, dan India. Sebab baru mengirim perwakilan setelah 10 tahun penyelenggaraan International Robotic Olympiade (IRO) di Singapura, Desember tahun lalu," jelas Agus.
ROCI yang didirikan Ir Santoso Gondowidjojo GD Mus, Juni 2007, memiliki peran penting dalam mengarahkan para pecinta robot baik dari kalangan pelajar, mahasiswa, dan umum, ke ajang kompetisi robot internasional.
Nirwan, seorang pengunjung pameran mengakui materi dasar pembuatan robot pernah didapat waktu kuliah di jurusan elektronik sebuah perguruan tinggi. Pria 25 tahun ini mengakui disain kreatif serta fungsi robot sekarang makin berkembang.
"Mungkin karena sudah banyak kompetisi robot di kampus-kampus atau di beberapa pusat belanja elektronik. Tingkatannya bukan lagi lokal tapi sudah taraf nasional. Levelnya juga mulai dari dasar menengah, dan tinggi. Kalau tingkat internasional masih di luar negeri. Tapi saya yakin para pecinta robot bakal tertantang untuk ikut," ujar Nirwan. (ricky reynald yulman)

Jangan Remehkan Anak TK HINGGA kini masih ada sebagian orang menganggap kegiatan para pecinta robot adalah hobi mahal yang sulit dijangkau kalangan menengah bawah. Padahal dengan membangun daya kreativitas akan mudah mencari perangkat pembuat robot dari alat-alat sederhana di sekitar kita.
Dalam praktiknya, robotika atau ilmu tentang robot memiliki tiga unsur penting. Mekanik, elektronik, dan pemrograman. Tiga unsur ini memiliki tahapan-tahapan sendiri untuk dikenalkan kepada masyarakat sejak usia dini.
"Biasanya ke anak-anak SD kita kenalkan cara kerja mekanik sebuah robot. Bisa juga langsung praktik membuat lampu lilin elektronik menggunakan lampu led. Atau membuat rangkaian robot sederhana dari robot kit," jelas Agus Siswanto, bagian teknis ROCI.
Pada tahapan berikutnya pengenalan robot berlanjut pada komponen elektronik yang agak sulit. Misalnya sistem sensor tanpa pemrograman. Di level lebih tinggi barulah pecinta robot diajak membuat perangkat yang bisa dikendalikan melalui program komputer khusus.
Pendiri ROCI Ir Santoso Gondowidjojo GD Mus, mengingatkan agar kita tak meremehkan kemampuan anak-anak TK dan SD yang baru belajar robot level rendah. Kadang-kadang mereka bisa menemukan ide robotik sederhana, tapi sangat dibutuhkan dan bisa membuat orang dewasa terbelalak. (ricky reynald yulman)
Mini Car Fire DI berbagai belahan dunia robot diciptakan dengan tujuan membantu tugas-tugas manusia. Misalnya untuk mengangkat obyek-obyek berat atau mengerjakan tugas-tugas pemasangan barang yang menuntut presisi tinggi di pabrik perakitan hardware. Meski bentuk mereka kadang kaku dan sama sekali tak mirip manusia.
Di bidang keamanan, robot kadang dipakai untuk mendeteksi bom atau benda berbahaya. Robot dengan rancangan dan fungsi khusus juga dimanfaatkan di bidang kesehatan, eksplorasi ruang angkasa, transportasi, bahkan militer.
Boyke, seorang desainer yang berdomisili di kawasan Bandung Utara, menjelaskan, banyak pembuat robot menempatkan kegunaan robot sebagai prioritas. Melalui proses tersebut lulusan arsitek ini yakin robot bisa membantu pekerjaan yang semula dilakukan secara manual jadi bersifat mekanik.
Proses kreatif itu pernah dilakukan Boyke ketika merancang mini car fire atau mobil mini pemadam kebakaran tahun 2006. Awalnya pria yang sudah 10 tahun menggeluti bidang desain melihat mobil pemadam kebakaran yang ada terlalu besar dan sulit mengatasi kebakaran di pemukiman padat.
"Sedangkan alat pemadam kebakaran model tabung tak cukup kuat untuk memadamkan api besar. Saya coba rancang mini car fire yang bersifat portable dan bisa sama efektif dengan mobil pemadam kebakaran besar," jelas Boyke yang aktif membina beberapa komunitas kreatif. (ricky reynald yulman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar